Dalam dunia medis modern, teknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan keselamatan dan efisiensi perawatan pasien. Salah satu perangkat yang tak tergantikan di ruang perawatan intensif maupun rumah sakit pada umumnya adalah infusion pump.
Alat ini bukan sekadar pompa biasa, ia merupakan pengontrol presisi yang mengalirkan cairan penting ke tubuh pasien, baik itu obat, nutrisi, maupun hormon, dengan dosis yang sangat akurat.
Lantas, apa sebenarnya infusion pump itu dan kenapa sangat vital? Dan, bagaimana regulasi penggunaannya di Indonesia? Mari, kita bahas lebih dalam.
Daftar isi
Apa itu Infusion Pump?

Infusion pump adalah perangkat medis elektronik yang dirancang untuk mengalirkan cairan, seperti obat, nutrisi, atau darah, ke dalam tubuh pasien dalam jumlah dan kecepatan yang terkontrol.
Berbeda dari metode infus gravitasi konvensional yang hanya mengandalkan tetesan manual, alat ini bekerja dengan motor dan sistem kontrol otomatis yang memungkinkan dokter atau perawat mengatur dosis secara presisi.
Dalam situasi kritis seperti ICU, operasi, atau kemoterapi, keakuratan dosis sangatlah penting. Itulah kenapa alat ini hadir sebagai solusi untuk memastikan pasien menerima terapi dengan tepat, aman, dan konsisten.
Fungsi dalam Dunia Medis
Fungsi utama infusion pump adalah mengontrol volume dan kecepatan aliran cairan secara presisi. Tapi lebih dari itu, alat ini memungkinkan untuk:
- Pemberian obat-obatan dalam jumlah kecil secara kontinu, seperti insulin atau kemoterapi.
- Pengelolaan terapi nutrisi parenteral total bagi pasien yang tidak bisa makan secara normal.
- Penggunaan pain management system seperti PCA pump, di mana pasien bisa mengontrol sendiri dosis analgesik dalam batas aman.
- Pemantauan dan alarm otomatis saat terjadi hambatan, kebocoran, atau habisnya cairan.
Tanpa alat ini, pemberian cairan secara manual sangat rentan terhadap kesalahan manusia, terutama dalam dosis kecil yang butuh ketelitian tinggi.
Jenis-Jenis

Dalam dunia medis, terdapat beberapa jenis alat yang umum digunakan:
- Volumetric infusion pump
Digunakan untuk aliran cairan dengan volume besar seperti cairan rehidrasi atau antibiotik. - Syringe pump
Menggunakan jarum suntik sebagai wadah cairan, biasanya dipakai untuk dosis kecil seperti vasopressor atau obat bius. - PCA pump (Patient-Controlled Analgesia)
Memberikan kontrol pada pasien untuk mengatur pemberian analgesik sesuai kebutuhan, tapi tetap dalam batasan yang aman. - Elastomeric pump
Pompa tanpa listrik yang sering digunakan untuk rawat jalan, seperti pada pasien kemoterapi atau penggunaan antibiotik jangka panjang. - Smart infusion pump
Memiliki fitur konektivitas dan integrasi data dengan sistem rumah sakit (EMR), serta dilengkapi software untuk mencegah kesalahan pemberian obat.
Setiap jenis memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing, tergantung pada konteks penggunaannya.
Cara Kerja
Secara umum, produk ini bekerja dengan prinsip mekanik yang mengatur tekanan atau dorongan untuk mengalirkan cairan ke tubuh pasien. Berikut adalah elemen penting dalam mekanismenya:
- Pompa motorik: Menggerakkan plunger atau mekanisme internal untuk mengatur aliran cairan.
- Kontrol kecepatan: Dosis diatur dalam satuan ml/jam atau tetes/menit, tergantung pengaturan dokter.
- Sensor & alarm: Mendeteksi adanya gangguan seperti udara dalam jalur infus, tekanan terlalu tinggi, atau cairan habis.
- Layar & sistem navigasi: Menampilkan informasi, status infus, dan parameter lainnya.
Untuk alat dengan kategori produk pinter, sistemnya bahkan dapat terhubung dengan jaringan rumah sakit untuk memperbarui data pasien secara real-time.
Risiko dan Tantangan Penggunaan
Meskipun sangat membantu, alat ini bukan tanpa risiko. Beberapa potensi tantangan yang perlu diperhatikan antara lain:
- Kesalahan pengaturan dosis jika pengguna tidak memahami sistemnya dengan baik.
- Alarm overload yang bisa mengganggu bila tidak diatur secara efisien.
- Ketergantungan listrik, kecuali pada elastomeric pump.
- Risiko keamanan data pada smart pump yang terhubung ke jaringan rumah sakit (cybersecurity issue).
Oleh karena itu, pelatihan operator, pemeliharaan rutin, dan sistem keamanan tambahan sangat dibutuhkan untuk memastikan alat ini bekerja optimal.
Regulasi di Indonesia

Untuk produk yang dilengkapi konektivitas WiFi, regulasi teknis di Indonesia merujuk pada Keputusan Menteri Komunikasi dan Digital (KEPMEN KOMDIGI) Nomor 12 Tahun 2025. Beberapa persyaratan penting antara lain:
Persyaratan umum
- Catu daya: Perangkat harus dapat beroperasi stabil dengan listrik normal (220V ±10%) atau baterai, tanpa mengganggu fitur nirkabelnya.
- Keamanan listrik: Wajib memenuhi standar seperti IEC 60950-1;2016 atau IEC 62368-1 untuk mencegah korsleting atau sengatan listrik.
- Kompatibilitas elektromagnetik (EMC): Harus lolos uji EMC agar tidak mengganggu perangkat lain. Pengujian ini mengacu pada standar SNI ISO/IEC CISPR 32:2015.
Persyaratan teknis
| Pita Frekuensi Operasi | Klasifikasi Penggunaan | Daya Pancar | Lebar Pita | Emisi Spurious |
| 2400 – 2483.5 | Access type 1 | ≤ 27 dBm EIRP (500 mWatt) | ≤ 40 MHz | ETSI EN 300 328 (min version 1.8.1) |
Setiap produk yang memiliki fitur konektivitas wajib disertifikasi sebelum diedarkan untuk memastikan keamanannya, baik secara teknis maupun elektromagnetik.
Untuk memastikan produk aman dan sesuai regulasi di atas, setiap perangkat perlu melalui tahap pengujian teknis. Proses ini dilakukan di laboratorium yang telah diakui secara resmi oleh Direktorat Jenderal Infrastruktur Digital (DJID).
Agar proses pengujian berjalan lancar, pihak produsen, distributor, atau importir perlu menyiapkan sampel alat yang akan diuji, lengkap dengan dokumen teknis yang dibutuhkan. Semua data ini akan diperiksa untuk memastikan perangkat tidak melanggar ketentuan soal pita frekuensi, daya pancar, serta aspek teknis lainnya.
Jika hasil pengujian memenuhi syarat, maka akan diterbitkan Laporan Hasil Uji (LHU). Dokumen inilah yang menjadi dasar untuk mengajukan sertifikat ke DJID.
Bagi pelaku usaha yang belum familiar dengan proses ini, mengurus sertifikasi bisa terasa cukup teknis dan menyita waktu. Kabar baiknya, kini sudah tersedia layanan jasa sertifikasi DJID yang siap membantu dari awal hingga akhir, termasuk pengurusan dokumen, pengiriman sampel, hingga perangkat resmi dinyatakan sah dan bersertifikat.
Dengan bantuan pihak yang berpengalaman, proses sertifikasi bisa menjadi lebih efisien dan tidak mengganggu fokus utama bisnis, yakni memastikan distribusi alat kesehatan tetap berjalan lancar dan legal. <UN>
FAQ
Berikut pertanyaan umum seputar perangkat ini:
Apa itu infusion pump dan fungsinya dalam dunia medis?
Infusion pump adalah alat medis elektronik yang digunakan untuk mengalirkan cairan seperti obat, nutrisi, atau darah ke tubuh pasien dalam jumlah dan kecepatan yang presisi. Alat ini sangat penting dalam perawatan intensif, kemoterapi, dan pengelolaan nutrisi pasien.
Apa perbedaan infusion pump dan infus biasa?
Infus biasa mengandalkan gravitasi dan tetesan manual, sedangkan infusion pump menggunakan sistem motorik dan kontrol digital untuk mengatur dosis dan kecepatan secara otomatis dan lebih akurat.
Apa saja jenis-jenis infusion pump yang umum digunakan?
Jenis yang umum digunakan antara lain volumetric infusion pump, syringe pump, PCA pump, elastomeric pump, dan smart infusion pump yang memiliki fitur konektivitas dan integrasi data rumah sakit.
Apakah infusion pump harus disertifikasi di Indonesia?
Ya, terutama untuk smart infusion pump yang dilengkapi WiFi. Perangkat ini harus melalui pengujian teknis dan memperoleh sertifikasi dari DJID sesuai regulasi KEPMEN KOMDIGI No. 12 Tahun 2025.


















Leave a Comment