Dulu, pemeriksaan urin identikan dengan proses manual yang melelahkan, mulai dari meneteskan sampel ke strip uji, menunggu perubahan warna, lalu mencocokkannya satu per satu. Tak jarang, hasilnya bergantung pada kejelian mata analis laboratorium. Tapi sekarang? Banyak rumah sakit dan klinik sudah beralih ke teknologi yang lebih pintar dan efisien, yaitu urinalysis analyzer.
Alat ini mampu menganalisis puluhan parameter urin secara otomatis, cepat, dan presisi. Bahkan beberapa model modern sudah dibekali fitur Bluetooth yang memungkinkan hasil uji langsung terhubung ke sistem digital rumah sakit. Praktis, bukan?
Artikel ini akan membahas tuntas apa itu urinalysis analyzer, cara kerjanya, jenis-jenis yang tersedia, manfaat penggunaannya, hingga regulasi teknis di Indonesia, termasuk aturan untuk perangkat yang dilengkapi konektivitas nirkabel seperti Bluetooth.
Daftar isi
Apa itu Urinalysis Analyzer?

Urinalysis analyzer adalah perangkat otomatis yang dirancang untuk menganalisis kandungan urin secara menyeluruh, baik dari aspek fisik, kimia, maupun mikroskopis. Alat ini menjadi solusi andalan dalam dunia laboratorium karena mampu memberikan hasil uji yang cepat dan konsisten.
Berbeda dari pemeriksaan konvensional yang memakan waktu dan bergantung pada persepsi manusia, analyzer ini dapat membaca dan menginterpretasikan data urin dengan algoritma internal, sehingga cocok untuk mendukung diagnosis berbagai penyakit seperti infeksi saluran kemih, gangguan ginjal, diabetes, hingga penyakit metabolik lainnya.
Fungsi dan Manfaat Utama
Fungsi dasar dari alat ini adalah mendeteksi elemen penting dalam urin, misalnya glukosa, protein, darah, leukosit, nitrit, dan bilirubin, dengan tingkat akurasi tinggi. Tapi di balik fungsi utamanya, produk seperti ini juga menawarkan banyak manfaat seperti:
- Mempercepat diagnosis klinis
- Meningkatkan akurasi hasil uji
- Mengurangi ketergantungan pada tenaga analis manual
- Menyimpan data hasil uji dalam bentuk digital
- Mendukung efisiensi operasional di laboratorium
Dengan teknologi yang terus berkembang, hasil uji dari analyzer ini kini bisa langsung tersimpan dalam sistem manajemen laboratorium atau bahkan terhubung ke rekam medis pasien secara otomatis.
Cara Kerja

Secara umum, cara kerja produk ini terbagi menjadi tiga tahap utama:
- Analisis fisik
Mendeteksi warna, kejernihan, dan berat jenis urin melalui sensor optik atau kamera. - Analisis kimia
Menggunakan test strip reagen yang berubah warna sesuai kandungan urin. Sensor fotometrik akan membaca hasil perubahan warna secara otomatis. - Analisis Mikroskopis (pada model lanjutan)
Sampel diproses untuk mendeteksi keberadaan sel darah, bakteri, kristal, atau silinder menggunakan kamera mikroskopis dan software analitik berbasis AI.
Beberapa alat bahkan sudah dilengkapi teknologi smart recognition untuk membedakan berbagai partikel dalam urin secara otomatis.
Jenis-jenis
Di pasaran, terdapat beberapa varian produk analyzer ini, di antaranya:
- Semi-automated
Membutuhkan intervensi manual untuk tahap tertentu, misalnya peletakan strip atau perekaman hasil. - Fully automated
Semua proses mulai dari pengambilan sampel, pembacaan hasil, hingga pencatatan data dilakukan secara otomatis. - Portable urinalysis analyzer
Cocok untuk penggunaan mobile atau homecare karena ukurannya ringkas dan bisa digunakan di luar laboratorium.
Model yang dipilih biasanya disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas kesehatan, jumlah sampel harian, dan integrasi sistem informasi laboratorium.
Fitur dan Teknologi Canggih
Produk modern tak hanya sekadar alat uji, tetapi juga dilengkapi dengan fitur-fitur digital untuk meningkatkan efisiensi kerja. Beberapa fitur unggulannya meliputi:
- Layar sentuh dengan antarmuka user-friendly
- Kecepatan uji tinggi (>200 strip/jam)
- Auto-strip loader
- Built-in printer
- Penyimpanan hasil dalam format digital
- Koneksi Bluetooth dan WiFi untuk integrasi sistem laboratorium
Khusus untuk fitur Bluetooth dan WiFi sangat membantu dalam konektivitas nirkabel ke komputer atau server rumah sakit. Namun, fitur ini juga membawa implikasi regulasi yang perlu diperhatikan.
Regulasi di Indonesia

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, banyak produk analyzer modern saat ini sudah dilengkapi konektivitas nirkabel, baik berupa Bluetooth, WiFi, maupun kombinasi keduanya. Fitur ini memang sangat memudahkan integrasi alat ke sistem komputer atau rekam medis elektronik rumah sakit. Tapi di sisi lain, keberadaan fitur tersebut juga membawa implikasi regulasi yang perlu diperhatikan.
Karena bekerja menggunakan frekuensi radio, perangkat dengan fitur Bluetooth atau WiFi termasuk ke dalam kategori alat atau perangkat telekomunikasi. Artinya, penggunaannya di Indonesia harus memenuhi standar teknis yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan jenis konektivitas yang digunakan, berikut dua regulasi utama yang perlu dipenuhi:
- Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika (KEPMEN KOMINFO) Nomor 260 Tahun 2024 untuk perangkat dengan fitur Bluetooth
- Keputusan Menteri Komunikasi dan Digital (KEPMEN KOMDIGI) Nomor 12 Tahun 2025 untuk perangkat dengan fitur WiFi
Berikut rincian persyaratan umum dan teknisnya:
Persyaratan umum
- Catu daya: produk seperti ini harus bisa bekerja dengan stabil saat menggunakan sumber listrik yang tersedia. Jika alat ini memakai daya dari stopkontak, maka harus tetap berfungsi normal pada tegangan 220 volt ±10% dan frekuensi 50 Hz ±2%, sesuai standar listrik di Indonesia. Bila menggunakan adaptor tambahan seperti konverter AC ke DC, penggunaannya tidak boleh mengganggu kinerja alat atau membuat hasil pengujian jadi tidak akurat.
- Keamanan listrik: Perangkat juga harus memenuhi standar keselamatan listrik agar aman digunakan. Standar ini bertujuan untuk mencegah risiko seperti arus bocor, tegangan berlebih, atau kejutan listrik yang bisa membahayakan pengguna. Beberapa standar yang digunakan antara lain SNI IEC 60950-1 dan SNI IEC 62368-1, tergantung jenis dan teknologi alatnya.
- Kompatibilitas elektromagnetik (EMC): Karena perangkat ini beroperasi di lingkungan yang penuh alat elektronik, seperti ruang laboratorium, urinalysis analyzer juga wajib lolos uji EMC untuk memastikan tidak menimbulkan gangguan elektromagnetik. Pengujian ini mengacu pada standar SNI ISO/IEC CISPR 32:2015 atau standar sejenis yang berlaku.
Persyaratan teknis
Bluetooth
| Pita Frekuensi Operasi | Daya Pancar | Emisi Spurious | Metode Testing |
| 2400 – 2483.5 | ≤ 20 dBm EIRP | EN 300 440 | EN 300 440 |
WiFi
| Pita Frekuensi Operasi | Klasifikasi Penggunaan | Daya Pancar | Lebar Pita | Emisi Spurious |
| 2400 – 2483.5 | Access type 1 | ≤ 27 dBm EIRP (500 mWatt) | ≤ 40 MHz | ETSI EN 300 328 (min version 1.8.1) |
Setiap produk seperti ini yang dilengkapi fitur komunikasi nirkabel seperti Bluetooth atau WiFi wajib menjalani proses uji teknis di laboratorium yang diakui oleh Direktorat Jenderal Infrastruktur Digital (DJID).
Proses ini biasanya mencakup:
- Pengajuan sampel perangkat dan dokumen teknis.
- Pengujian laboratorium, mulai dari pengujian frekuensi, daya pancar, hingga kompatibilitas elektromagnetik (EMC).
- Penerbitan Laporan Hasil Uji (LHU) yang nantinya digunakan untuk mengajukan sertifikat resmi ke DJID.
Jika Anda adalah produsen, importir, atau distributor yang baru pertama kali mengurus proses ini, mungkin prosesnya terlihat rumit. Tapi tenang, saat ini sudah tersedia jasa sertifikasi DJID profesional yang bisa membantu dari awal sampai sertifikat terbit.
Dengan bantuan tersebut, Anda bisa lebih fokus mengembangkan atau memasarkan urinalysis analyzer tanpa perlu repot mengurus detail teknis dan administratif. <UN>
FAQ
Berikut pertanyaan umum seputar produk ini:
Apa itu urinalysis analyzer dan fungsinya?
Urinalysis analyzer adalah alat medis yang digunakan untuk menganalisis sampel urin secara otomatis. Fungsinya meliputi deteksi kandungan seperti glukosa, protein, darah, leukosit, dan zat lainnya yang dapat membantu mendiagnosis berbagai penyakit seperti infeksi saluran kemih, gangguan ginjal, atau diabetes.
Apa perbedaan antara urinalysis manual dan otomatis?
Urinalysis manual dilakukan dengan membaca hasil strip urin secara visual dan mencatatnya secara manual. Sementara urinalysis analyzer otomatis menggunakan mesin untuk membaca, menganalisis, dan menyimpan hasilnya dalam sistem digital, sehingga lebih cepat dan akurat.
Apakah urinalysis analyzer membutuhkan sertifikasi di Indonesia?
Ya. Jika perangkat dilengkapi dengan fitur nirkabel seperti Bluetooth atau WiFi, maka alat ini wajib diuji dan disertifikasi oleh Direktorat Jenderal Infrastruktur Digital (DJID) sesuai dengan regulasi KEPMEN KOMINFO No. 260 Tahun 2024 (untuk Bluetooth) dan KEPMEN KOMDIGI No. 12 Tahun 2025 (untuk WiFi).










Leave a Comment