Navigasi di laut bukanlah perkara sepele. Di tengah luasnya samudra dan minimnya titik referensi visual, kapal membutuhkan sistem bantu navigasi yang andal. Di sinilah marine radar memegang peran penting. Bagi para pelaut, marine radar bukan hanya perangkat elektronik biasa, ia adalah “mata” kapal yang bekerja tanpa henti, terutama saat jarak pandang terbatas.
Marine radar digunakan untuk mendeteksi objek seperti kapal lain, pulau kecil, pelampung, hingga badai yang mendekat. Teknologi ini telah menjadi bagian penting dari standar keselamatan pelayaran, baik di kapal kargo besar maupun kapal nelayan tradisional.
Untuk memahami lebih jauh fungsi dari radar maritim hingga regulasi penggunaannya di Indonesia, mari simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Daftar isi
Pengertian dan Cara Kerja Marine Radar

Secara sederhana, marine radar adalah alat bantu navigasi yang bekerja dengan memancarkan gelombang elektromagnetik ke lingkungan sekitar. Ketika gelombang ini mengenai objek seperti kapal atau daratan, sinyal akan dipantulkan kembali dan diterima oleh sistem radar. Informasi ini kemudian ditampilkan dalam bentuk visual di layar navigasi.
Ada beberapa komponen utama yang membentuk sistem ini:
- Antena, yang memutar untuk memancarkan sinyal ke segala arah.
- Pemancar, yang menghasilkan pulsa gelombang radio.
- Penerima, yang menangkap sinyal pantulan.
- Layar tampilan, yang menampilkan posisi objek berdasarkan pantulan sinyal.
Dalam kondisi normal, radar mampu mendeteksi objek dalam jarak puluhan mil laut. Namun manfaatnya benar-benar terasa saat malam hari, cuaca berkabut, atau hujan deras, ketika penglihatan manusia dan kamera pengawas hampir tidak berfungsi.
Jenis-Jenis Marine Radar
Karena kebutuhan navigasi di laut sangat bervariasi, marine radar juga hadir dalam beberapa jenis dengan karakteristik masing-masing:
Radar X-Band
Radar ini beroperasi pada frekuensi 8 – 12 GHz. Karena panjang gelombangnya pendek, radar X-Band memiliki resolusi tinggi. Ia sangat ideal untuk mendeteksi objek kecil di perairan dangkal, pelabuhan, atau area dengan lalu lintas kapal padat.
Radar S-Band
Beroperasi di frekuensi 2 – 4 GHz, radar S-Band punya jangkauan deteksi yang lebih jauh. Gelombangnya yang lebih panjang membuatnya mampu menembus hujan atau kabut tebal, sehingga cocok digunakan di laut lepas dalam kondisi cuaca ekstrem.
Radar Dua Frekuensi
Beberapa kapal memilih menggunakan kombinasi X-Band dan S-Band. Ini memungkinkan kapten kapal mendapatkan manfaat dari kedua teknologi, yaitu ketajaman visual sekaligus jangkauan yang luas.
Radar Pulse Compression
Jenis radar ini menggunakan teknologi pemadatan pulsa untuk meningkatkan resolusi tanpa mengurangi jangkauan. Ideal untuk mendeteksi objek kecil di area kompleks, seperti kawasan industri pelabuhan.
Radar Solid State
Mengandalkan transistor semikonduktor sebagai pengganti tabung magnetron, radar ini lebih ringan dan hemat energi. Selain itu, bentuknya yang ergonomis memudahkan pemasangan di kapal-kapal kecil.
Radar Doppler
Dengan memanfaatkan efek Doppler, radar ini bisa mengukur kecepatan dan arah gerak objek. Cocok untuk mendeteksi kapal yang bergerak cepat atau potensi tabrakan di jalur padat.
Aplikasi Marine Radar dalam Navigasi dan Keamanan Kapal

Dalam praktiknya, aplikasi marine radar sangat luas. Fungsinya meliputi:
- Menghindari tabrakan, baik dengan kapal lain maupun daratan seperti pulau karang.
- Mendeteksi badai dari kejauhan dan memberi waktu kru kapal untuk mengubah rute.
- Integrasi dengan sistem AIS dan GPS, sehingga posisi objek bisa dikorelasikan dengan identitas kapal dan rute.
- Digunakan di berbagai jenis kapal, dari kapal penjelajah dan nelayan hingga kapal patroli dan tanker besar.
Dengan kemampuan membaca situasi laut secara real-time, marine radar menjadi perangkat krusial dalam setiap pelayaran.
Regulasi Marine Radar di Indonesia

Penggunaan marine radar di Indonesia tidak hanya soal kebutuhan teknis di atas kapal, tetapi juga harus memenuhi aspek legal dan keselamatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu, Direktorat Jenderal Infrastruktur Digital atau DJID (sebelumnya SDPPI) menetapkan PERDIRJEN SDPPI No. 2 Tahun 2020 sebagai acuan utama.
Berikut ini adalah ringkasan persyaratan teknis marine radar di Indonesia, yang wajib dipatuhi oleh pelaku industri, distributor, maupun importir perangkat tersebut.
Persyaratan umum
Agar marine radar bisa berfungsi dengan aman dan stabil, perangkat wajib memenuhi beberapa persyaratan dasar berikut:
- Catu daya: Radar harus dapat beroperasi menggunakan catu daya AC 220V ±10% dengan frekuensi 50 Hz ±2%, atau sumber daya DC, sesuai spesifikasi pabrik.
- Keselamatan listrik: Perangkat wajib memenuhi standar keamanan listrik sesuai SNI IEC 60950-1:2016, IEC 62368-1, atau standar internasional setara. Ini mencakup perlindungan terhadap tegangan berlebih dan arus sentuh, agar tidak membahayakan pengguna.
- Kecocokan elektromagnetik (EMC): Marine radar harus memenuhi standar EMC berdasarkan SNI ISO/IEC CISPR 32:2018, untuk memastikan perangkat tidak menimbulkan gangguan terhadap sistem elektronik lain di kapal atau sekitarnya.
Persyaratan khusus
Khusus untuk radar yang digunakan di sektor maritim, ada ketentuan teknis tambahan yang lebih spesifik:
| Aspek | Spesifikasi |
| Pita frekuensi operasi | – 2.700–2.900 MHz (sekunder) – 2.900–3.300 MHz – 8.550–9.500 MHz (terbagi dalam beberapa sub-pita) – Penggunaan frekuensi harus mengacu pada TASFRI (Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia) |
| Daya pancaran | Maksimum 30 kW, untuk mencegah interferensi dan menjaga keselamatan transmisi. |
| Emisi spurious (gelombang tak diinginkan) | – ≤ –13 dBm jika PEP (Peak Envelope Power) – ≤ 50 W10 log PEP – 30 jika PEP > 50 W (Sesuai dengan standar internasional R-RECSM.329-12) |
| Stabilitas frekuensi | Harus di bawah atau sama dengan 1250 ppm, agar sinyal tetap akurat dan tidak mengganggu sistem lain. |
Bagi pelaku industri dan pengguna kapal, kepatuhan terhadap regulasi ini memiliki sejumlah konsekuensi penting:
- Hanya perangkat yang telah tersertifikasi yang boleh digunakan atau diperjualbelikan di Indonesia.
- Proses sertifikasi menjamin bahwa radar tidak mengganggu sistem navigasi lain dan aman untuk awak kapal.
- Perangkat yang telah lulus uji dan bersertifikat akan diberikan label resmi dari pemerintah sebagai bukti legalitas.
Dengan kata lain, menggunakan marine radar tanpa sertifikasi bukan hanya melanggar aturan, tapi juga berisiko membahayakan keselamatan pelayaran. Jika Anda masih bingung bagaimana cara mendapatkan sertifikasi DJID untuk perangkat marine radar, bekerja sama dengan penyedia jasa sertifikasi DJID bisa menjadi pilihan tepat. Prosesnya akan ditangani oleh tenaga profesional, sehingga Anda bisa fokus pada operasional tanpa repot mengurus teknis regulasi.
FAQ
Berikut pertanyaan umum seputar marine radar:
Apa itu marine radar dan kenapa penting di kapal?
Marine radar adalah alat bantu navigasi yang bekerja dengan memantulkan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi objek di sekitar kapal. Alat ini sangat penting karena membantu menghindari tabrakan, terutama saat kondisi cuaca buruk atau pandangan terbatas seperti malam hari atau kabut.
Apakah semua kapal wajib memiliki marine radar?
Tidak semua kapal, tapi kapal-kapal tertentu seperti kapal niaga, kapal penumpang, dan kapal patroli biasanya diwajibkan memiliki radar sesuai regulasi. Kewajiban ini tergantung pada ukuran kapal, area pelayaran, dan fungsinya.
Apakah marine radar bisa bekerja di malam hari atau saat hujan lebat?
Justru inilah keunggulan marine radar. Ia tetap bekerja optimal dalam gelap, hujan, atau kabut tebal, karena tidak bergantung pada cahaya visual. Itulah sebabnya radar jadi andalan para pelaut dalam situasi yang menantang.
Apakah proses sertifikasi marine radar rumit?
Jika Anda bekerja sama dengan penyedia jasa sertifikasi DJID, semua proses bisa ditangani oleh tim profesional. Anda hanya perlu menyiapkan dokumen teknis dan memastikan perangkat memenuhi standar.










Leave a Comment